MANUSIA DAN KEINDAHAN
keindahan adalah keserasian ciptaan, harmoni dan keselarasanya. ada juga yang memiliki keserasian, tetapi belum bisa disebut indah. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan itu terangkum dalam beberapa hal seperti keceriaan, keelokan, kebagusan bentuk dan kelembutan.
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa sedang bagi yang melihatnya.
PERKEMBANGAN KESENIAN
Perkembangan suatu kesenian selalu bermula dari tingkatan kesenian yang paling sederhana yang tidak mungkin langsung mencapai puncak perkembangan. Kesenian berkembang mengikuti perubahan zaman dan berdasarkan kurun waktu. Di bidang seni rupa, ditinjau dari perkembangan dan kurun waktunya sejak zaman prasejarah hingga sekarang, maka karya seni yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam jenis seni primitif, seni klasik, seni tradisional, seni modern, dan seni kontemporer.
Seni Primitif
Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goa-goa, hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang. Di bidang kesenian, karya seni yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, goa-goa di Irian Jaya, dan pada dinding goa Almira Spanyol. Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat perburuan mereka yang berupa goresan-goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan takut, senang dan perdamaian. Ciri-ciri lain dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih.
Seni Klasik
Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani
Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku. Seni tradisi bersifat statis, tidak ada unsur kreatif sebagai ciptaan baru. Sebagai contoh dapat kita lihat pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit, kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya.
Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat pada lukisan karya Van Gogh, Pablo Picasso, Affandi, Basuki Abdullah, Gunarsa, patung karya G. Sidharta, Edi Sunarso, Nuarta, dans ebagainya.
Seni Kontemporer
Kontemporer berarti sekarang atau masa kini. Seni kontemporer memiliki masa popularitas tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni ini dapat dinikmati pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya. Karya-karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan sebagainya.
ALIRAN ALIRAN KESENIAN
Aliran-aliran yang akan dibahas dalam Filsafat Seni ini lebih dominan mengambil contoh dalam seni rupa yang lebih mudah untuk dijelaskan karena sifat karya seninya yang tidak mengenal waktu. Artinya, kapan saja saatnya produk karya seni rupa dapat dihayati karena bersifat konkrit. Pada umumnya aliran-aliran yang lahir di setiap zaman memiliki garis besar kesamaan atau benang merah dengan zaman lainnya. Oleh karena itu pada pembahasan ini akan diuraikan aliran-aliran induk yang secara universal hadir pada setiap zaman, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa kehadiran aliran di suatu zaman mendapatkan tantangan/ bantahan/ counter dari aliran lain yang baru dengan segala argumentasinya.
Naturalisme
Aliran Naturalisme dalam Filsafat erat hubungannya dengan realisme bahkan semua penganut naturalisme adalah juga penganut realisme, namun tidak semua penganut realisme adalah penganut naturalisme. Penganut naturalisme berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang dapat dipercaya secara empiris ialah dunia eksitensi yang bersifat alami. Makna naturalisme secara khusus ada dua hal yaitu (1) hasil berlakunya hukum alam secara fisik. Misalnya, gerhana matahari merupakan gejala alami/ terjadi karena akibat hukum gerakan benda angkasa. (2) terjadi menurut kodrat dan wataknya sendiri. Misalnya, orang mengatakan: “Secara alami, wajar jika ia berbuat demikian”. Jadi perbuatannya itu sesuai dengan kodrat atau wataknya sendiri (Kattsoff, 1992:115).
Para penganut paham naturalisme berpendirian, satu-satunya pengetahuan dalam arti yang sebenarnya ialah pengetahuan yang bercorak ilmiah. Artinya harus ada bahan bukti yang bersifat publik, hipotesa yang diuji, dan penerapan metode induksi (Kattsoff, 1992:115).
Dalam seni rupa aliran naturalisme adalah suatu faham yang memuja kebesaran alam oleh karena itu bagi kaum naturalis tidak mungkinlah untuk melukiskan bagian alam ini yang jelek-jelek. Lukisan naturalistik selalu menggambarkan keindahan alam sehingga natularisme memiliki sifat idealistik Sudarso, 1990:94).
Naturalisme melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita. Basuki Abdullah melukis seorang perawan desa dengan pakaian lusuh justru tampak seperti bidadari. Tokoh Natularisme di Indonesia selain Basuki Abdullah adalah Raden Saleh (Soegeng Toekio dkk,1987:36).
Realisme
Realisme adalah suatu aliran yang mempunyai kecenderungan melukiskan segala sesuatu seperti apa adanya, tanpa berusaha mengidealisasi alam, memperbaiki ataupun menyempurnakannya. Bahkan cenderung menampilkan peristiwa-peristiwa kepahitan hidup, seperti kemelaratan, kejorokan dan lain-lainnya (Soegeng Toekio dkk, 1987:36).
Pelukis realis, Belinsky, menunjukkan cara dengan: “Carilah objek kesenilukisan dari dunia sekelilingmu; jangan dibagus-baguskan; tangkap semua itu sebagaimana adanya” (Soegeng Toekio dkk, 1987:36). Sudarso mengatakan bahwa dalam menangkap realitas ini seperti apa adanya, tanpa ilusi, dan tanpa bumbu apa-apa (Sudarso, 1990:94).
Dalam sistem kefilsafatan, realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Seorang penganut paham realisme yang “baik” tentu akan membedakan “apakah sesuatu itu yang senyatanya” dengan “bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu”.
Selanjutnya, seorang penganut paham realisme akan mengatakan bahwa kita dapat mengetahui apakah barang sesuatu itu, baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkan dari yang menampak. Berhubung dengan itu ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah, menentukan apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri ataukah tidak (Kattsoff. 1992:111).
Pendapat para penganut realisme, “kenyataan” itu paling tidak tersusun dari dua jenis hal yaitu partikularia dan universalia. Dunia tersusun dari banyak hal: hal-hal yang bersifat jasmani, hal-hal yang bersifat rohani dan universalia. Hal-hal yang ditentukan oleh ruang dan waktu dinamakan yang-bereksistensi , sedangkan hal-hal yang tidak bersifat rohani, yang tidak bersifat jasmani dinamakan yang bersubsistensi (Kattsoff. 1992:111).
Impresionisme
Impresionisme adalah suatu bentuk karya seni lukis yang menghadirkan kesan-kesan. Seniman-seniman impresionis hanya melukiskan cahaya yang dipantulkan ke mata, kabur, tanpa fokus atau hanya merupakan kesan suatu objek. Aliran ini timbul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap cara-cara melukis seniman akademik (sebutan untuk seniman-seniman realisme cahaya dan bayangan) yang selalu melukis dalam studio (Soegeng Toekio dkk, 1987:38).
Seniman-seniman penganut aliran impresionis hanya berpendapat bahwa cahaya dan bayangan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan gerakan sumber cahaya (matahari), oleh karena itu mereka tidak mau melukis di dalam studio. Mereka lari ke jalan raya, ke ladang, tepi sungai dan sebagainya. Hasil yang perlu dicatat dari aliran ini ialah dilukiskannya hal-hal yang belum pernah dilukiskan oleh seniman-seniman akademik, misalnya mereka melukiskan kabut-kabut, hujan badai, fatamorgana, gerakan-gerakan satu objek dan lain-lain. Warna-warna yang dipakainyapun menjadi semakin cerah dibandingkan dengan warna yang digunakan seniman akademik yang semakin gelap (Soegeng Toekio dkk, 1987:39).
Aliran Impresionisme dalam pemikiran kefilsafatan mempunyai beberapa pengertian yaitu:
* Efek (akibat) sadar langsung dan sesaat yang dihasilkan oleh rangsangan pada pancaindera.
* Suatu ide yang belum dibedakan, umum, ingatan, pendapat, atau gagasan.
* Menurut David Hume impresionisme memiliki pengertian sebagai berikut:
* Data inderawi yang langsung, tidak disimpulkan, tidak ditafsirkan, yang disajikan kepada kesadaran, atau yang muncul dalam kesadaran.
* Pencerapan citra inderawi.
* Pengalaman primitif (asli) dan tidak dapat direduksi.
* Pengalaman asli dan tidak dapat dijabarkan yang menjadi dasar seluruh pengetahuan (Bagus, 1996:332-333).
Romantisisme
Romantik, sebagai istilah sejarah kebudayaan Eropa meliputi masa kurang lebih tahun 1795-1840; merupakan reaksi terhadap rasionalisme dan klasisisme. Istilahnya bertalian dengan Romance atau roman. Abad XVII dan XVIII romantik artinya aneh, luar biasa, sebagai dalam roman (Van Hoeve, tt:1186).
Beberapa tanda romantik misalnya, perasaan didahulukan daripada pikiran; yang terasa oleh orang seorang lebih diutamakan dari realisme yang objektif; kaum romantik berpangkal pada fantasi (lamunan); mereka suka berhanyut-hanyut dalam dunia impian, suka melayang-layangkan pikirannya ke zaman lampau sambil berpaling dari keadaan yang nyata (Van Hoeve, tt:1186).
Kesusasteraan pada masa romantik mengambil bahan dari puisi rakyat, dongeng-dongeng, mythologi, sejarah (heroisme), pemujaan pribadi pahlawan dan sebagainya. Bahan-bahan ini sangat menarik perhatian dan dihargai kembali seperti juga karangan-karangan Dante, Cervantes, dan Shakespeare.
Aliran romantik dipelopori di Perancis oleh J.J. Rousseau dengan romannya La Nouvelle Heloise yang kemudian dicontoh di seluruh Eropa Barat. Di Inggris mula-mula tampak dalam karangan Wordsworth (“Hanya manusia yang dekat dengan alam dapat memandang apa yang indah dan murni”), kemudian kentara pula, walaupun berlainan coraknya, dalam gubahan-gubahan Walter Scott (Roman-roman bersejarah), penyair-penyair Byron, Shelley, Victor Hugo dari Perancis pada abad XIX, dan lain-lain. Di Jerman ( Sturm und Drang ) kejayaan romantik terlebih kentara (Novalis, Schiller, Goethe, dll) dan tak saja meliputi kesusasteraan tetapi pelbagai lapangan lainnya seperti filologi, gelanggang politik (liberalisme lawan reaksi) filsafat (idealisme lawan realisme), seni rupa, musik (misalnya Chopin dan R. Wagner), ilmu hukum (aliran yang berdasarkan sejarah dan sebagainya (Van Hoeve, tt:1186)
Aliran Naturalisme dalam Filsafat erat hubungannya dengan realisme bahkan semua penganut naturalisme adalah juga penganut realisme, namun tidak semua penganut realisme adalah penganut naturalisme. Penganut naturalisme berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang dapat dipercaya secara empiris ialah dunia eksitensi yang bersifat alami. Makna naturalisme secara khusus ada dua hal yaitu (1) hasil berlakunya hukum alam secara fisik. Misalnya, gerhana matahari merupakan gejala alami/ terjadi karena akibat hukum gerakan benda angkasa. (2) terjadi menurut kodrat dan wataknya sendiri. Misalnya, orang mengatakan: “Secara alami, wajar jika ia berbuat demikian”. Jadi perbuatannya itu sesuai dengan kodrat atau wataknya sendiri (Kattsoff, 1992:115).
Para penganut paham naturalisme berpendirian, satu-satunya pengetahuan dalam arti yang sebenarnya ialah pengetahuan yang bercorak ilmiah. Artinya harus ada bahan bukti yang bersifat publik, hipotesa yang diuji, dan penerapan metode induksi (Kattsoff, 1992:115).
Dalam seni rupa aliran naturalisme adalah suatu faham yang memuja kebesaran alam oleh karena itu bagi kaum naturalis tidak mungkinlah untuk melukiskan bagian alam ini yang jelek-jelek. Lukisan naturalistik selalu menggambarkan keindahan alam sehingga natularisme memiliki sifat idealistik Sudarso, 1990:94).
Naturalisme melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita. Basuki Abdullah melukis seorang perawan desa dengan pakaian lusuh justru tampak seperti bidadari. Tokoh Natularisme di Indonesia selain Basuki Abdullah adalah Raden Saleh (Soegeng Toekio dkk,1987:36).
Realisme
Realisme adalah suatu aliran yang mempunyai kecenderungan melukiskan segala sesuatu seperti apa adanya, tanpa berusaha mengidealisasi alam, memperbaiki ataupun menyempurnakannya. Bahkan cenderung menampilkan peristiwa-peristiwa kepahitan hidup, seperti kemelaratan, kejorokan dan lain-lainnya (Soegeng Toekio dkk, 1987:36).
Pelukis realis, Belinsky, menunjukkan cara dengan: “Carilah objek kesenilukisan dari dunia sekelilingmu; jangan dibagus-baguskan; tangkap semua itu sebagaimana adanya” (Soegeng Toekio dkk, 1987:36). Sudarso mengatakan bahwa dalam menangkap realitas ini seperti apa adanya, tanpa ilusi, dan tanpa bumbu apa-apa (Sudarso, 1990:94).
Dalam sistem kefilsafatan, realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Seorang penganut paham realisme yang “baik” tentu akan membedakan “apakah sesuatu itu yang senyatanya” dengan “bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu”.
Selanjutnya, seorang penganut paham realisme akan mengatakan bahwa kita dapat mengetahui apakah barang sesuatu itu, baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkan dari yang menampak. Berhubung dengan itu ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah, menentukan apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri ataukah tidak (Kattsoff. 1992:111).
Pendapat para penganut realisme, “kenyataan” itu paling tidak tersusun dari dua jenis hal yaitu partikularia dan universalia. Dunia tersusun dari banyak hal: hal-hal yang bersifat jasmani, hal-hal yang bersifat rohani dan universalia. Hal-hal yang ditentukan oleh ruang dan waktu dinamakan yang-bereksistensi , sedangkan hal-hal yang tidak bersifat rohani, yang tidak bersifat jasmani dinamakan yang bersubsistensi (Kattsoff. 1992:111).
Impresionisme
Impresionisme adalah suatu bentuk karya seni lukis yang menghadirkan kesan-kesan. Seniman-seniman impresionis hanya melukiskan cahaya yang dipantulkan ke mata, kabur, tanpa fokus atau hanya merupakan kesan suatu objek. Aliran ini timbul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap cara-cara melukis seniman akademik (sebutan untuk seniman-seniman realisme cahaya dan bayangan) yang selalu melukis dalam studio (Soegeng Toekio dkk, 1987:38).
Seniman-seniman penganut aliran impresionis hanya berpendapat bahwa cahaya dan bayangan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan gerakan sumber cahaya (matahari), oleh karena itu mereka tidak mau melukis di dalam studio. Mereka lari ke jalan raya, ke ladang, tepi sungai dan sebagainya. Hasil yang perlu dicatat dari aliran ini ialah dilukiskannya hal-hal yang belum pernah dilukiskan oleh seniman-seniman akademik, misalnya mereka melukiskan kabut-kabut, hujan badai, fatamorgana, gerakan-gerakan satu objek dan lain-lain. Warna-warna yang dipakainyapun menjadi semakin cerah dibandingkan dengan warna yang digunakan seniman akademik yang semakin gelap (Soegeng Toekio dkk, 1987:39).
Aliran Impresionisme dalam pemikiran kefilsafatan mempunyai beberapa pengertian yaitu:
* Efek (akibat) sadar langsung dan sesaat yang dihasilkan oleh rangsangan pada pancaindera.
* Suatu ide yang belum dibedakan, umum, ingatan, pendapat, atau gagasan.
* Menurut David Hume impresionisme memiliki pengertian sebagai berikut:
* Data inderawi yang langsung, tidak disimpulkan, tidak ditafsirkan, yang disajikan kepada kesadaran, atau yang muncul dalam kesadaran.
* Pencerapan citra inderawi.
* Pengalaman primitif (asli) dan tidak dapat direduksi.
* Pengalaman asli dan tidak dapat dijabarkan yang menjadi dasar seluruh pengetahuan (Bagus, 1996:332-333).
Romantisisme
Romantik, sebagai istilah sejarah kebudayaan Eropa meliputi masa kurang lebih tahun 1795-1840; merupakan reaksi terhadap rasionalisme dan klasisisme. Istilahnya bertalian dengan Romance atau roman. Abad XVII dan XVIII romantik artinya aneh, luar biasa, sebagai dalam roman (Van Hoeve, tt:1186).
Beberapa tanda romantik misalnya, perasaan didahulukan daripada pikiran; yang terasa oleh orang seorang lebih diutamakan dari realisme yang objektif; kaum romantik berpangkal pada fantasi (lamunan); mereka suka berhanyut-hanyut dalam dunia impian, suka melayang-layangkan pikirannya ke zaman lampau sambil berpaling dari keadaan yang nyata (Van Hoeve, tt:1186).
Kesusasteraan pada masa romantik mengambil bahan dari puisi rakyat, dongeng-dongeng, mythologi, sejarah (heroisme), pemujaan pribadi pahlawan dan sebagainya. Bahan-bahan ini sangat menarik perhatian dan dihargai kembali seperti juga karangan-karangan Dante, Cervantes, dan Shakespeare.
Aliran romantik dipelopori di Perancis oleh J.J. Rousseau dengan romannya La Nouvelle Heloise yang kemudian dicontoh di seluruh Eropa Barat. Di Inggris mula-mula tampak dalam karangan Wordsworth (“Hanya manusia yang dekat dengan alam dapat memandang apa yang indah dan murni”), kemudian kentara pula, walaupun berlainan coraknya, dalam gubahan-gubahan Walter Scott (Roman-roman bersejarah), penyair-penyair Byron, Shelley, Victor Hugo dari Perancis pada abad XIX, dan lain-lain. Di Jerman ( Sturm und Drang ) kejayaan romantik terlebih kentara (Novalis, Schiller, Goethe, dll) dan tak saja meliputi kesusasteraan tetapi pelbagai lapangan lainnya seperti filologi, gelanggang politik (liberalisme lawan reaksi) filsafat (idealisme lawan realisme), seni rupa, musik (misalnya Chopin dan R. Wagner), ilmu hukum (aliran yang berdasarkan sejarah dan sebagainya (Van Hoeve, tt:1186)
RENUNGAN KESERASIAN DAN KEHALUSAN
- Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam
memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan
adalah hasil merenung.
- Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasarar tinya cocok, Rasi
sesuai, atau kena benar . Kata cocok, sesuai atau kena benar mengandung unsur
penger tian per paduan, ukur an dan seimbang.
- Kehal usanberasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut,
sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus,
kesopanan dan atau keadaban
source :
http://sumberilmu.info/2008/02/24/perkembangan-kesenian/
http://irfanoktaviandy.multiply.com/journal/item/16
0 komentar:
Post a Comment